today a woman went mad in the supermarket: perempuan ✨

Ge Seilatuw
3 min readJun 13, 2023

--

today a woman went mad in the supermarket — hilma wolitzer

Seperti apa rasanya hidup dengan manusia yang sama setiap hari? Di bawah atap dan sumpah sehidup semati yang sama. Mengulang-ngulang rutinitas dan cerita yang itu-itu lagi.”

Ini satu dari banyak pertanyaan yang ada di kepala saya. Kerap terlintas saat melihat hubungan dan interaksi Papski dan Mamski. Marahan, baikan. Berselisih, lalu rekonsiliasi. Mesra, dan sering cari gara-gara satu sama lain.

Komitmen? Bisa jadi. Cinta? Apa lagi.

Tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan saya tadi, tapi novel garapan Hilma Wolitzer sedikit memberikan gambaran.

Ibu

Novel dibuka dengan kisah seorang perempuan yang berdiri dan memblokir lorong di supermarket. Dua bocah berpegangan erat padanya. Perempuan lainnya berusaha memintanya untuk menepi, tapi jawaban sang ibu dua anak itu sama sekali tidak nyambung. Seperti sedang ada di dunia lain.

Butuh waktu beberapa menit, andil staf supermarket untuk menemukan kontak sang suami yang akhirnya datang menjemput ibu dan dua anaknya. Sang suami, Harold, bahkan tidak tahu kalau Shirley keluar membawa kedua anak mereka ke supermarket.

Cerita berhenti di situ, sementara pada babak-babak berikutnya dilanjutkan dengan cerita-cerita lain.

Kekasih

Potongan-potongan cerita dalam novel ini memiliki satu konsistensi. Yakni sudut pandang pengisahan yang dibawakan oleh karakter perempuan. Kebanyakan dinarasikan dari sudut pandang Paulie. Memuat kisahnya dengan Howard pria sehidup-sematinya.

Kisah dengan sudut pandang pertama selalu lugas, dan pastinya subjektif. Ada cerita di mana sang kekasih merasa dunianya luruh karena mendapati dirinya hamil di usia muda. Rasa-rasanya ia terjebak hidup selamanya bersama pria tersebut.

Dalam monolognya, sang perempuan menuduh sperma adalah cairan agresi yang merebut kebebasan. Namun di sisi lain ia juga menduga-duga kalau sel telur bisa jadi adalah “penjahat” sebenarnya. Diam-diam bersembunyi dan menyergap sperma.

Keliaran penuturan cerita terasa segar dan menggelitik. Well, setidaknya untuk saya. :)

Istri

Waktu berlalu, kisah berlanjut. Kehidupan rumah tangga dan hubungan suami-istri Paulie dan Howard dikisahkan biasa saja. Kebosanan-kebosanan adalah hal wajar dalam pernikahan, rutinitas berulang, dan pada saat yang sama keduanya menjalani hidup tanpa banyak motivasi.

Kadang ada hari-hari tanpa hubungan seks, tanpa bicara. Saat Howard tertidur lelap di tempat tidur, di sisi lain Paulie terjaga dan tidak bisa menghentikan pikiran-pikirannya.

Tidak hanya saya, Paulie juga bisa merasakan ada rasa kesepian dalam hubungan mereka. Tapi tidak cukup kuat untuk membuat Paulie meninggalkan Howard dan anak-anak mereka. Bahkan saat sepertinya ia menduga sang suami berselingkuh, atau lebih gila lagi saat mantan kekasih sang suami menginap berhari-hari di rumah mereka.

Di tengah semua kekacauan hubungan suami-istri itu, ada saat-saat di mana Paulie memberitahu pembaca kalau ia selalu menoleh ke arah pintu saat suaminya belum kembali. Memperhatikan punggung suaminya yang tidur, atau wajah kuyu sang suami saat keduanya selesai menghabiskan akhir pekan melihat-lihat rumah yang dijual agen.

Cinta? Bisa jadi.

Perempuan

Kisah-kisah kehidupan rumah tangga yang biasa-biasa saja ini dimulai dari tahun 60-an dan berakhir di tahun 2020. Seperti diajak melihat hari-hari penting pasangan suami-istri ini dari masa remaja hingga keduanya bersiap menunggu cucu.

Tidak ada banyak konflik yang berarti. Paulie, menurut saya sosok yang benar-benar tenang menghadapi hidupnya. Wajar saja kalau isi kepalanya lantang dan ramai.

Seperti apa rasanya hidup dengan manusia yang sama setiap hari? Di bawah atap dan sumpah sehidup semati yang sama. Mengulang-ngulang rutinitas dan cerita yang itu-itu lagi.”

Saya rasa, Paulie akan memberikan jawaban-jawaban terus-terang yang membuat saya tertawa. “Membosankan. Suami seringkali tidak kooperatif, tidak interaktif. Seks setelah seharian membersihkan rumah dan mengurus anak, tidak bisa lama-lama atau berapi-api. Suami sepertinya tidak suka badan saya yang gemuk, tapi tidak pernah bilang apa-apa.”

Entah apa alasannya. Mungkin seperti saya, Paulie juga ingin melihat seperti apa akhirnya, dia dan Howard.

Dengan total 179 halaman versi cetakan Bloomsbury Publishing (2022), Wolitzer sedikit banyak memberikan bocoran realita perempuan. Tidak semua perempuan tentu saja, tapi tidak sedikit pula perempuan seperti Paulie.

Meski alurnya lambat dan berpindah plot dengan cepat, saya cukup menikmati membaca novel ini. Banyak perasaan yang berhasil dilukiskan dengan kata-kata, serta sentilan satir dalam komentar-komentar sang perempuan dalam cerita. Baik itu tentang hidup, pasangan, dan elemen-elemen perempuan dalam dirinya.

Sudah sempat saya cari, tapi sepertinya versi Bahasa Indonesia buku ini belum ada. Versi cetakan yang sama ini bisa kamu beli di Post Bookshop (Instagram: @post_santa).

“We are all going to grow old. The man will have heart attacks, the woman will lose the loyalty of tissue in chins and breasts.”

--

--

Ge Seilatuw
Ge Seilatuw

No responses yet